Tawangmangu saat ini perkembangannya sangat pesat sekali. Dan itu yang kita butuhkan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Komnas Jamu yang memberikan sertifikat saintifikasi. Dua sertifikat sekaligus”, demikian pujian Menteri Kesehatan RI (dr. Nafsiah Mboi, Sp.A. MPH) kepada kinerja Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisonal (B2P2TOOT) dalam kunjungan kerjanya di Tawangmangu. (Kamis,31/1).
“Terhadap
jamu, apalagi jamu bau. Pada waktu masih muda, salah satu ibu yang
sangat sayang pada saya, selalu memesankan pada saya “harus minum jamu”.
Waktu itu saya tidak sanggup meminumnya. Namun pada hari ini pandangan
saya berubah. Saudara telah merubah pandangan saya, terima kasih. Hari
ini saya mengerti betul, betapa kalau tidak memperhatikan Tawangmangu
ini (red : B2P2TOOT) merupakan “miss opurtunity”. Kita harus memberikan
perhatian yang lebih besar, maka saya perintahkan Kepala Badan Balitbang
(Dr.dr. Trihono, MSc) untuk meperhatikan B2P2TOOT Tawangmangu”,
tambahnya
Secara
tulus Menteri Kesehatan mengungkapkan : “Karena ibu Indah (red : Kepala
B2P2TOOT Tawangmangu) telah menggugah saya. Ini memang suatu asset
bangsa ini yang kalau tidak dikembangkan dan tidak dimanfaatkan saya
rasa “kita dosa”. Tuhan telah memberikan ini (red:potensi tanaman obat)
semua. Semua ini bisa dikembangkan dan manfaatkan untuk rakyat banyak,
sekaligus untuk pendapatan, namun ternyata kita lebih suka impor
obat-obatan, yang efeknya merusak bagi manusia”.
Seperti
diketahui Saintifaksi Jamu adalah salah satu program terobosan
Kementrian Kesehatan untuk memberikan bukti ilmiah sehingga jamu dapat
dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan formal. Terkait dengan
pengembangan dan pemanfaatan jamu di tanah air, Menteri Kesehatan RI,
dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, meresmikan klinik saintifikasi jamu “Hortus Medicus” menjadi Rumah Riset Jamu (Griya Paniti Pirsa Jamu),
serta Gedung Pelatihan IPTEK Tanaman Obat dan Jamu, di lingkungan Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TOOT), Tawangmangu .
“Kemenkes
kini memiliki satu Rumah Riset Jamu sebagai tempat uji klinik yang
berbasis pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Model-model seperti ini
hendaknya ditumbuhkan di seluruh Indonesia, sebagai kepedulian kita pada
jamu sebagai brand dan sukma Indonesia, seperti diamanatkan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia pada tahun 2008 lalu”, ujar Menkes.
Menteri Kesehatn mengatakan bahwa dalam meningkatkan program Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Koplementer atau Complementary and Alternative Medicine
(CAM), para dokter, apoteker dan tenaga kesehatan lainnya perlu
memperoleh pelatihan Saintifikasi Jamu yang komprehensif, sehingga
pelayanan CAM dapat berjalan dengan baik dan lancar serta didukung oleh
infrastruktur yang memadai.
“Saya
mendukung gagasan untuk memasukkan jamu ke dalam mata kuliah di
fakultas kedokteran, dakultas farmasi, dan fakultas kesehatan
masyarakat. Kita perlu mensinergikan dan mengintegrasikan kedokteran
barat dan timur dalam pelayanan kesehatan di Indonesia”, kata Menkes
Menteri
Kesehatann juga menyatakan bahwa pelatihan Saintifikasi Jamu bagi para
dokter dan apoteker, harus terus ditingkatkan, mengingat pada tahun
2011-2012 baru 199 orang dokter dan 15 apoteker yang mendapat sertifikat
kompetensi dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
“Perlu
diingat bahwa sasaran program jangka menengah Kementrian Kesehatan
menetapkan 20% kabupaten/kota memiliki 2 puskesmas yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tradisional, komplementer dan alternatif”, Tambah
Menkes.
Pada
kesempatan tersebut, Menkes meminta secara khusus Badan Peneliti dan
Pengembangan Kesehatan dan Direktorat Jendral Bina Farmasi dan Alat
Kesehatan, dapat berkerjasama dengan unit terkait di jalaran lintas
program dan lintas sektor terkait untuk mengambil langkah-langkah agar:
Dapat memperoleh jamu saintifik yang aman, brtkhasiat dan bermutu;
mendapatkan jamu yang berasal dari tanaman obat berstandar; Jamu
diteliti berdasarkan metodolofi riset Traditional Indonesia Medicine (TIM); sehingga jamu dapat diakses oleh masyarakat.
Riset Tanaman Obat dan Jamu (Ristoja)
Secara khusus Kepala Badan Penelitian dan Pengembagan Kesehatan menjelaskan tentang Riset Tanaman Obat dan Jamu (Ristoja). Ristoja dilakukan dengan meneliti “Active Compound” Jamu dengan bekerjasama dengan daerah dimana tanaman obat tumbuh.
Ristoja sendiri sudah selesai dilakukan tahun pada 2012, dengan
melibatkan dan bekerja sama dengan 25 Perguruan Tinggi di seluruh
Indonesia. Peneletianyang dilakukan saat ini meliputi 221(21%) etnis
dari 1.068 etnis, sehingga diperlukan penelitian-penelitian lanjutan.
Sudah terkumpul 6.347 species tanaman obat, dan sebanyak 783 sudah
teridentifikasi sampai spesies, 324 sudah teridentifikasi sampai famili.
Dari tanaman tersebut ada ratusan ramuan obat. Penelitian selanjutnya
mengenai karakterisasi dan identifikasi zat aktif yang terkandung di
dalamnya.
Mengenai Saintifikasi Jamu
Mengenai saintifikasi jamu, sudah dilakukan uji terhadap 4 formula jamu, yaitu hipertensi, hiperglikemi, hiper urisemi, hiperkolesterol. Setelah 2 tahun dilakukan penelitian (2010-2011), maka Komisi Nasional Jamu menyatakan bahwa dua formula telah tersaintifikasi, yaitu jamu untuk hipertensi dan jamu untuk hiper urisemi. Dan pada kesempatan kunjungan Menteri Kesehatan ini, Komnas Jamu menyerahkan “Sertifikat Jamu Saintifik” kepada Menteri Kesehatan.
B2P2TOOT ini juga menyelenggarakan pelayanan “Klinik Horcus Medicus” yang dikhususkan untuk observasi klinis tentang keamanan dan khasiat dan efek samping jamu. Sebelumnya terhadap jamu dilakukan uji pra klinik, kemudia uji klinik serta selanjutnya dilakukan dengan “RCT without blinding” yang dilakukan oleh RS/Puskesmas yang dokternya sudah dilatih tentang saintifikasi jamu. Bila
jamu sudah dilakukan uji pra klinik dan RCT serta bermanfaat, maka
dinyatakan sebagai jamu saintifik dan bisa diintegrasikan dengan
pelayanan kesehatan konvensional.
Pengembangan Jamu Registry
Jamu sudah banyak digunakan oleh tenaga non dokter, dan Balitbang akan memberi back-up melalui dukungan ilmiah melalui penelitian. Hasil Ristoja menemukan ada ratusan ramuan obat yang berbeda, sehingga dibuat pendekatan jamu registry. Semua pengobat jamu nantinya harus tencatat dan secara terstandar ramuan jamu-nya, sehingga bisa dianalisis dan diambil kesimpulan manfaat secara ilmiah.
Saat ini permintaan terhadap jamu meningkat, sehingga permintaan terhadap bahan baku naik juga meningkat. B2P2TOOT Tawangmangu tidak bisa bekerja sendiri dalam pemenuhan permaintaan ini, untuk dikembangkan kerjasama dengan kelompok petani jamu serta mengembangkan kerjasama dengan Pemerintah Daerah. (gnw/her) Pandangan Baru Menteri Kesehatan Tentang Jamu Tradisional
0 komentar Pandangan Baru Menteri Kesehatan Tentang Jamu Tradisional
Posting Komentar